Pada tanggal 4 Agustus 2017, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA mengumumkan bahwa mereka ingin mengurangi tingkat legal nikotin dalam rokok untuk memerangi merokok. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko kecanduan di kalangan perokok. Pada akhirnya, produk tembakau akan diatur dengan lebih baik.
Untuk FDA, mengurangi dosis nikotin rokok akan secara signifikan membatasi risiko kecanduan yang melekat pada produk ini. Subjek ini memiliki kepentingan strategis mengingat pentingnya ekonomi dan kesehatan rokok di Amerika Serikat. Faktanya, tembakau menelan biaya hampir 300 miliar dolar dan menyebabkan lebih dari 475 kematian setiap tahun.
Selain itu, sekitar 2 anak muda belajar merokok setiap hari di Amerika Serikat. Demikian pula, 500% perokok di negara itu mulai merokok sebelum mereka berusia 90 tahun. Dengan demikian, risiko kecanduan pada generasi mendatang harus dikurangi sebanyak mungkin dan perokok yang kecanduan harus dibantu untuk berhenti merokok dalam jangka menengah dan panjang.
Kenyataannya, ini hanyalah langkah pertama dalam rencana FDA untuk mengatur semua produk tembakau. Ukurannya akan diperluas ke rasa yang digunakan oleh produsen tembakau tertentu untuk menargetkan audiens yang lebih muda. Matius Myers, Ketua Kampanye untuk Anak Bebas Tembakau, menyebut ukuran itu berani dan pendekatannya komprehensif.
LANGKAH COUNTER-PRODUKSI MENURUT PR DAUTZENBERG
Sebagian besar kematian dan patologi terkait tembakau dihasilkan dari kecanduan rokok menurut Scott Gottlieb, Dokter dan Administrator FDA. Apalagi rokok saat ini merupakan satu-satunya produk konsumen legal yang menyebabkan kematian separuh dari masyarakat yang mengkonsumsinya dalam jangka waktu yang lama.
Dibandingkan dengan tindakan anti-merokok tradisional seperti kampanye pencegahan, keputusan FDA untuk menurunkan tingkat legal nikotin dalam rokok tampaknya inovatif. Namun, itu tidak bulat. Untuk Profesor Bertrand Dautzenberg, ahli paru di Rumah Sakit Pitié Salpêtrière, pengurangan dosis nikotin akan semakin mendorong penerimaan rokok pertama di kalangan anak muda.
Apalagi, tindakan serupa sudah terbukti tidak efektif dan berbahaya. Ini termasuk rokok ringan yang seharusnya mengandung nikotin dan tar dalam persentase rendah. Sebuah laporan oleh Organisasi Kesehatan Dunia mengungkapkan pada tahun 2006 bahwa rokok ringan tidak memberikan manfaat kesehatan apapun dibandingkan dengan rokok biasa.
sumber : Allo-Dokter